KHUTBAHNASIONAL-Pada kali ini akan dibagikan khutbah Jumat dan semoga bermanfaat buat kalian dengan judul "Pendidikan Anak Di Mulai Dari Rumah" tentunya khutbah ini memberikan pengetahuan kepada orang tua bagaiman perhatiannya kepada anaknya yaitu mulai dari rumah harus didik. Khutbah ini cocok untuk semua wilayah namun sangat cocok yang dekat dengan sekolahan dan orang tua.
Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah
Khutbah Pertama:
إِنّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا
رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ
كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ،
وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral
muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.
Kami
mengajak kepada semua jamaah, marilah kita semua meningkatkan takwa kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari
siksa neraka. Karena tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali
orang-orang yang bertakwa.
ثُمَّ
نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
“Kemudian
Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang
yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum
muslimin yang berbahagia.
Islam agama
yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita agar memilih istri
shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri yang shalihah
ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih dan kokoh dalam beragama.
Sehingga Islam menjadi kuat, dan orang-orang yang membenci Islam menjadi
gentar. Demikianlah, ibu memiliki peranan yang dominan dalam membangun pondasi
dan mencetak generasi, karena dialah yang mendidik anak-anak dalam ketaatan dan
ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Perhatian
lainnya yang Islam tunjukkan terkait dengan pendidikan anak yaitu Rasulullah
menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu
nama akan turut memberi pengaruh terhadap anak. Sehingga banyak riwayat yang
menjelaskan Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Kedatangan
Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua
orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا
أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ
عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun,
dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat,
serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Perintah
mengerjakan shalat berarti juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan shalat.
Misalnya, tata cara shalat, tata cara wudhu, dan hukum shalat berjamaah di
masjid bagi anak laki-laki, hasilnya pun anak-anak akan mengenal dan dekat
dengan sesama kaum muslimin.
Adapun
pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul jika
anaknya enggan melaksanakan shalat. Tetapi yang harus diperhatikan, pukulan
tersebut adalah pukulan dalam batasan-batasan mendidik, bukan pukulan yang
membahayakan lagi emosinal, bukan juga pukulan permainan sehingga tidak
menimbulkan efek jera pada anak.
Namun kita
lihat pada masa ini, pukulan sebagai salah satu metode mendidik, banyak
ditinggalkan orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak.
Padahal rasa sayang yang sebenernya adalah diwujudkan dengan pendidikan. Dan
salah satu metode pendidikan adalah dengan memukul sesuai dengan kadar dan
ketentuannya saat anak melakukan pelanggaran syariat yang layak diberi hukuman
dengan pukulan.
Rasulullah
juga memerintah para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang
telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, menjaga norma-norma
hubungan antara saudara laki-laki dan perempuan karena dalam hal tertentu ada
kebiasaan-kebiasaan alamiah dan tingkah laku perempuan yang dia enggan apabila
dilihat oleh laki-laki, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena
itu, dalam Islam, orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka saat
mereka tidur, apalagi saat mereka terjaga, mereka keluar rumah, bergaul dengan
lingkungannya. Orang tua harus memperhatikan anaknya, menjauhkannya dari
pergaulan buruk dan tidak benar. Pendidikan tidak hanya terjadi pada saat
mereka berada di rumah, namun juga ada perhatian lainnya yang bisa diberikan
orang tua tatkala anak-anaknya berada di luar rumah. Hendaknya orang tua
mengetahui kemana dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Orang tua adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap
kalian adalah orang yang memiliki tanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai
pertanggung-jawabannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral
muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kebaikan
anak menjadi penyebab kebaikan khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan
secara umum untuk kaum muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berabda,
إِذَا مَاتَ إِبْنُ آدَمَ
إِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ, أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِه, أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Apabila
manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga
perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo’akannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena
itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya,
memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih
hidup maupun sudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak
akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan penyejuk hati. Dan ketika orang tua sudah
meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan,
beristighfar dan bershadaqah untuk orang tua mereka.
Sebaliknya,
betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan durhaka. Anak yang
durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup
maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali
hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi jika para orang
tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Salah satu
contoh dalam pendidikan yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap
adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
kita,
فَاتَّقُوْا اللهَ
وَاعْدِلُوْا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
“Maka
bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anak
kalian.” (HR. Bukhari)
Pernah
terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian
ia menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersedia menjadi saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?”
Dia
menjawab, “Tidak.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Carilah saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam
keburukan. Bukankah engkau hagiakan, apabila memberikan sesuatu yang sama?”
Dia
menjawab, “Iya.” Lalu beliau menanggapi, “Jika demikian, lakukanlah!”
Kaum muslimin
yang berbahagia
Anehnya,
ada sebagian orang tua manakala dinasehati tentang pendidikan anak, justru
mereka malah menyanggah. Orang tua ini mengatakan, bahwa kebaikan adalah di
tangan Allah, atau hidayah terletak di tangan Allah. Memang benar hidayah
berada di tangan Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ
أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang
perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah,
ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara
maksimal dan telah menunaikan kewajiban dalam mendidik, maka hidayah berada di
tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan jika orang tua lalai dan
mengabaikan tarbiyah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan
dengan kedurhakaan dan keburukan kepada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يَهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap
bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), lalu kedua orang tuanya
menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Muttafaqun
‘alaihi).
Di sinilah
kita harus memahami secara benar, betapa besar peranan orang tua terhadap anak.
Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari
orang tua itulah akan terwujud kepribadian seorang anak.
Akhirnya,
marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan
kebaikan. Karena yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta
pertanggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Semoga khutbah ini bermanfaat sebagaimana bisa dijadikan sebagai bahan lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.
Apabila anda membutuhkan file Wordnya :